Minggu, 18 September 2016

Beragama Untuk Kebaikan


M.L. Safi dalam tulisannya yang berjudul Overcoming the Religious-Secular Divide: Islam’s Contribution to Civilization menyatakan bahwa agama secara garis besar menjawab tiga pertanyaan utama dari eksistensi manusia, yakni:
a. Dari mana manusia berasal,
b. Tujuan hidup manusia, dan
c. Nasib manusia.

Sekilas hal ini tampak seperti topik yang dibahas dalam diskusi filsafat, namun perbedaannya terletak pada sudut pandang. Filsafat hanya menggunakan sudut pandang rasional, sedangkan agama selain menggunakan sudut pandang rasional juga menggunakan derajat keyakinan. Dengan demikian dasar pemikiran agama bukan hanya rasionalitas, tetapi juga kedekatan emosional.

Agama bermuatan cinta, ikhlas, pengabdian, harapan, dan hal ihwal dalam tuntunan yang tidak saling menghidupkan  kebencian tak berdasar, merasa paling benar yang juga tak berdasar, dan agama bukan memunculkan sebuah ketakutan.
Agama merupakan rahmat untuk sekalian alam.

Islam setidaknya memakai dua istilah dalam menyebut Agama, yaitu Ad Din dan Millah.

Ad Din mempunyai banyak makna yaitu agama, jalan hidup, tatanan, hukum dan lain lain.

Secara bahasa, Ad Din itu meliputi a. Loyalitas kepada kekuasaan, b.Peraturan yang dikeluarkan oleh kekuasaan,
c. Buah yang didapat dari kekuasaan terhadap yang taat atau sebaliknya.

Millah merupakan kata yang bersinonim dengan Agama namun pada asalnya memiliki sedikit perbedaan.

Kata Al-Millah mempunyai arti sesuatu yang dianut oleh seseorang ketika ia berada dalam konteks pembahasan mengenai keyakinan yang dianut oleh seseorang. Ia juga syariat ketika ia berada dalam kenteks pembahasan mengenai penetapan syariat Tuhan terhadap hambaNya.

Ujung terpenting dari beragama, menjadikan seseorang atau komunitas menjadi lebih tertata rapi, perbaikan sikap, hati dan fikiran, serta yang juga penting menjadikan hidup punya arti, merasa tentram dan bahagia. *(Wahyu Hatta)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar