Rabu, 15 Maret 2017

Kuala Namu

Kuala Namu dahulu adalah Kedatukkan yang berada di lingkungan Kesultanan #Serdang. Kedatukkan ini, dengan seizin Kesultanan #Aceh dibuka oleh  Radja Tangging yaitu zuriat dari Datuk Kandar, hingga bergelar pula Orangkaya Udjong sebagai Datuk Kuala Namu.
.
Selanjutnya zuriat berikut bernama Datuk Tara menjadi Datuk yang bergelar Datuk Penghulu #Kualanamu
.
Berbeda dengan Kampung, luas kekuasaan kedatukan Kuala Namu ialah  dari Paluh Baru ke Hilir sampai ke peringgan Kampung Paku dan sebelah barat dengan Senembah dan sebelah timur dengan Sungai Ular
.
Manakala Tengku Merah Uda (dari  Paku Serdang yang bersusur galur dengan #bangsawan Melayu Negeri Padang di #TebingTinggi ) bersemenda dengan puteri OrangKaya Udjong yang bernama Incek Abdijah, maka Namu Seperang dan Kuala Namu bersepakat untuk memulangkan diri pada Tanah Tumpatan ke hilir kepada Tengku Merah Uda, sehingga berperingganlah kekuasaan kampung Paku sebelah barat dengan kampung baru bernama Pantai Labu dan ke hilir dengan Aur Gading dan Asam Kumbang.  Lalu berperinggan dengan Kampung Besar  dan sebelah timur dengan Sungai Ular
.

Sejak itulah, Datuk Namu Seperang dengan Datuk Naga Timbul serta Datuk  Kuala Namu mengikut bertetangga dengan Tengku Merah Uda karena ’berfamili’
.
Oeh karena Kuala Namu (bahasa Melayu, Kuala: tempat perjumpaan air. Namu: tempat bertemu) yaitu daerah pesisir yang identik dengan lahan rawa berair sehingga kurang diperhitungkan pada era #cultuurgebied pada masa investasi perkebunan asing di #SumateraTimur
. Hingga  Peta Afdeling Serdang yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Shariful Alamsjah 1881-1946, tidak menuliskan rantau ini
.
Kuala Namu berdekatan dengan Rantau Panjang, ibu negeri kesultanan Serdang sebelum pindah ke Kota Galuh
.
Saat ini  Kuala Namu menjadi lapangan terbang internasional
.
Di lingkungan #airport ini terdapat Makam Datuk Kuala Namu, yang makam ini popular disebut #KeramatWudang . #Wudang sendiri adalah ilmu  kuno Melayu yang konon mampu terbang melayang hingga dapat berpindah tempat,  yang biasanya dipasangkan dengan ilmu rayung atau gayong Melayu. 


Senin, 06 Maret 2017

Cenderamata Raja Arab


Memberi cenderahati atau cenderamata merupakan perbuatan terpuji.  Hubungan semakin terjalin dengan memberi cenderahati,  karena yang memberi ikhlas menyerahkan dan yang menerima merasa besar hati dan terhargai.

“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling menyayangi”.
(HR Bukhari)

Begitu halnya yang dilakukan Duli Yang Mahmulia Baginda Raja Arab dari Saudi Arabia.  Raja akan memberikan hadiah mahal sebagai cenderahati sebagai wujud dari memenuhi undangan,  maka rasa besar hati beliau memberi hadiah,  dengan isyarat bahwa yang menerima hadiah janganlah menganiaya Kaum Muslimin.

“Penuhilah undangan, jangan menolak hadiah dan janganlah menganiaya kaum muslimin".
(HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Al Bukhari).

Ketika naik haji setelah KAA 1955, Soekarno mengunjungi Arab Saudi sekalian naik haji. Dalam kunjungan itu, Soekarno difasilitasi sebuah mobil Chrysler Crown Imperial yang kemudian dihadiahkan ketika pulang.

Sejak 18 Juli hingga 4 Agustus 1955, dengan didampingi Wakil Perdana Menteri KH Zainul Arifin dan Menteri Agama KH Masykur, Sukarno berada di Mekkah untuk kunjungan kenegaraan. Kunjungan itu dilakukan setelah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung usai. Dalam pada itu, delegasi Arab Saudi dipimpin Putra Mahkota Amir Faizal.

Menurut Ario Helmy dalam Biografi KH Zainul Arifin yang ditulisnya, Berdzikir Menyiasati Angin (2009), rombongan Soekarno diterima oleh Raja Saud bin Abdul Aziz. Saat itu, Baginda Saud baru dua tahun menjadi Yang Amat Dipertuan di Kerajaan Arab Saudi. Pangeran sulung dari Raja Ibnu Saud ini dikenal baik dalam memberi. Selama berada di Arab Saudi, Soekarno diberi fasilitas mobil buatan Amerika, Chrysler Crown Imperial.

Karena kunjungan Soekarno bersamaan dengan musim haji, dan ia pun mesti menunaikan ibadah haji. Menurut Ario Helmy, Raja Saud mengawani Soekarno dan rombongan Indonesia. Ketika melakukan ibadah Sa’i, lari-lari kecil antara bukit Marwah dan Safa, kepada Raja Arab itu Soekarno memberi usul agar kawasan ibadah diperbaiki dan dibersihkan dari para pedagang.

Ketika itu, banyak peniaga disitu. Raja Arab menyambut baik usul itu. Ketika itu, diadakan pula upacara pencucian Ka'bah. Rombongan Soekarno pun kabarnya memasuki bangunan Ka'bah dan melakukan sholat sunnah dua rakaat di dalamnya.

Setelah upacara, Raja Saudi mengambil potongan potongan Kiswah atau kain penutup Kabah ditenun dari tenunan kain sutera berhiaskan kaligrafi, yang terbuat dari 120 kg emas murni dan puluhan kg perak. Potongan-potongan Kiswah itu lalu dibagikan pada anggota rombongan.

Di Arab Saudi, jika disebut nama Soekarno maka orang akan ingat dengan nama pohon. Menurut buku (Jangan) Panggil Saya Haji: Catatan Haji Jurnalis di Tanah Suci (2014), “Saat berhaji di dekade 1960, Sukarno menyampaikan dua usulan kepada Raja Saudi, salah satunya penghijauan Padang arafah".  Setiba di Indonesia, presiden mengatur pengiriman ribuan bibit
pokok mambu {Azadirachta indica) atau pohon mimba ke Arab Saudi.

“Ternyata, pohon itu tumbuh subur merindangi banyak titik di Arafah". Kerajaan Arab Saudi menyebut pohon itu Sajarah Sukarno atau Pohon Soekarno.

Soekarno membawa hadiah bibit pohon, Raja Saud pun memberi buah tangan untuk Soekarno.

“Ketika aku akan kembali ke tanah air, Raja Arab Saudi mengatakan, ‘Presiden Soekarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah Anda pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada Anda sebagai hadiah",  kata Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.

Menurut H. Mangil Martowidjojo, dalam Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967 (1999), mobil Chrysler Crown Imperial itu lalu diberi plat nomor polisi Indonesia 1. Belakangan, mobil Chrysler Crown Imperial milik Soekarno pemberian Raja Arab itu tersimpan selama belasan tahun di Museum Mobil Sentul.

Tak bertuahnya, mobil hadiah dari Raja Arab itu harus menjadi saksi atas percobaan pembunuhan Soekarno di Cikini, Jakarta pada 30 November 1957. Malam itu Soekarno hendak mengunjungi bazar sekolah di Perguruan Cikini. Tentu mengendarai hadiah Raja Arab itu.

Menurut Arifin Suryo Nugroho dalam Tragedi Cikini, Percobaan Pembunuhan Presiden Soekarno (2014), dalam peristiwa itu granat meledak di halaman sekolah yang penuh sesak pengunjung. Tujuh orang meninggal di tempat, dan puluhan orang terluka. Dua korban tewas adalah brigadir pengawal voorijders presiden, yakni Incek Muhammad dan Ahmad bin Udi.

Mobil Chrysler dari Raja Arab pun rusak berat. Ban depan kanan-kiri pecah, spatbor berlubang, juga terdapat kerusakan pada kap dan mesin.

Padahal, mobil Amerika ini sangat disukai Soekarno. “Aku sudah sudah tertarik pada Chrysler ini sejak pertama kali melihatnya,” katanya.

Cendera hati bernilai miliaran rupiah dari raja Saudi juga pernah diterima oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada 2015 lalu.

Saat Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud berkunjung ke Amerika pada September 2015, ia memberikan cendera mata kepada Obama berupa patung kuda. Yang membuat patung kuda tersebut bernilai fantastis sebab terbuat dari perak dan berlapis berlian, safir kuning, rubi dan batu obsidian. Obama juga mendapat satu set alat golf yang ditaksir harganya mencapai Rp 6,9 miliar.

Pemberian cendera mata mewah itu bukan pertama kalinya yang diterima oleh Obama. Saat menerima kunjungan raja Saudi sebelumnya yakni Raja Abdullah pada 2014, Obama menerima jam tangan yang terbuat dari emas yang diperkirakan harganya mencapai Rp 243 juta.

Selain itu, Obama juga mendapat replika menara jam Makkah berlapis emas dengan harga Rp 761 juta dan jam tangan yang terbuat dari emas putih seharga Rp 894 juta.

Hillary Clinton yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Negara di era kepemimpinan Obama juga pernah mendapat hadiah dari Raja Abdullah. Pada 2012 lalu, Hillary menerima hadiah mewah berupa perhiasan emas yang terdiri dari kalung, gelang, cincin dan subang. Nilainya mencapai miliaran dolar.

Cendera mata istimewa nan fantastis harganya juga pernah diberikan dari Raja Abdullah kepada Paus Benediktus XVI saat berkunjung ke Vatikan pada 2007 silam. Raja Abdullah memberikan pedang emas dan perak bertahtakan permata. Tak hanya pedang emas, sang raja juga mempersembahkan Paus Benediktus patung emas yang bergambar pohon palam dengan seorang pria yang tengah menunggangi unta.

Sementara baru-baru ini, Kerajaan Arab Saudi memberi cenderahati berupa pedang berwarna kuning emas kepada Polri,  Tito Karnavian.  Pedang tersebut memiliki nilai seharga dengan emas.

Raja Salman bin Abdulaziz memberikan hadiah untuk Masjid Istiqlal berupa kiswah (kain penutup Kakbah) kepada Masjid Istiqlal.

Pada kunjungannya hari ini, Kamis (2/3/2017) ke Masjid Istiqlal, Raja Salman memberikan kain dengan jahitan benang emas itu kepada pengurus Masjid Istiqlal.

Dan terkabar juga,  Raja Salman memberikan hadiah naik haji cuma-cuma kepada  keluarga anggota Densus 88 Antiteror.

“Penuhilah undangan, jangan menolak hadiah dan janganlah menganiaya kaum muslimin".
(HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Al Bukhari).