Kuala Namu dahulu adalah Kedatukkan yang berada di lingkungan Kesultanan #Serdang. Kedatukkan ini, dengan seizin Kesultanan #Aceh dibuka oleh Radja Tangging yaitu zuriat dari Datuk Kandar, hingga bergelar pula Orangkaya Udjong sebagai Datuk Kuala Namu.
.
Selanjutnya zuriat berikut bernama Datuk Tara menjadi Datuk yang bergelar Datuk Penghulu #Kualanamu
.
Berbeda dengan Kampung, luas kekuasaan kedatukan Kuala Namu ialah dari Paluh Baru ke Hilir sampai ke peringgan Kampung Paku dan sebelah barat dengan Senembah dan sebelah timur dengan Sungai Ular
.
Manakala Tengku Merah Uda (dari Paku Serdang yang bersusur galur dengan #bangsawan Melayu Negeri Padang di #TebingTinggi ) bersemenda dengan puteri OrangKaya Udjong yang bernama Incek Abdijah, maka Namu Seperang dan Kuala Namu bersepakat untuk memulangkan diri pada Tanah Tumpatan ke hilir kepada Tengku Merah Uda, sehingga berperingganlah kekuasaan kampung Paku sebelah barat dengan kampung baru bernama Pantai Labu dan ke hilir dengan Aur Gading dan Asam Kumbang. Lalu berperinggan dengan Kampung Besar dan sebelah timur dengan Sungai Ular
.
Sejak itulah, Datuk Namu Seperang dengan Datuk Naga Timbul serta Datuk Kuala Namu mengikut bertetangga dengan Tengku Merah Uda karena ’berfamili’
.
Oeh karena Kuala Namu (bahasa Melayu, Kuala: tempat perjumpaan air. Namu: tempat bertemu) yaitu daerah pesisir yang identik dengan lahan rawa berair sehingga kurang diperhitungkan pada era #cultuurgebied pada masa investasi perkebunan asing di #SumateraTimur
. Hingga Peta Afdeling Serdang yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Shariful Alamsjah 1881-1946, tidak menuliskan rantau ini
.
Kuala Namu berdekatan dengan Rantau Panjang, ibu negeri kesultanan Serdang sebelum pindah ke Kota Galuh
.
Saat ini Kuala Namu menjadi lapangan terbang internasional
.
Di lingkungan #airport ini terdapat Makam Datuk Kuala Namu, yang makam ini popular disebut #KeramatWudang . #Wudang sendiri adalah ilmu kuno Melayu yang konon mampu terbang melayang hingga dapat berpindah tempat, yang biasanya dipasangkan dengan ilmu rayung atau gayong Melayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar